Kamis, 06 Maret 2008

duniaQ

A. PERLUNYA DUNIA PENYIARAN MEMPELAJARI ILMU JURNALISTIK
Pesatnya kemajuan media informasi dewasa ini cukup memberikan kemajuan yang signifikan. Media cetak maupun elektronik pun saling bersaing kecepatan sehingga tidak ayal bila si pemburu berita dituntut kreativitasnya dalam penyampaian informasi. Penguasaan dasar-dasar pengetahuan jurnalistik merupakan modal yang amat penting manakala kita terjun di dunia ini. Keberadaan media tidak lagi sebatas penyampai informasi yang aktual kepada masyarakat, tapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat dalam menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap pemberitaannya. Dunia penyiaran perlu mempelajari ilmu jurnalistik supaya pesan yang disampaikan menarik dan dapat diterima khalayak secara efektif. Karena dunia penyiaran adalah dunia yang membutuhkan sentuhan seni dalam setiap elemennya, seperti seni mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan pesan berupa informasi, berita maupun hiburan. Karena hal ini akan berimplikasi dengan jumlah pendengar, ratting, dan akhirnya akan mempengaruhi jumlah iklan yang masuk. Itu yang membuat dunia ini rawan akan pembiasan bahkan pengaburan informasi. Maka idealisme harus tetap jadi prioritas utama sebagi pelayanan terhadap masyarakat.

B. DEVINISI JURNALISME
Menurut Kris Budiman, jurnalistik (journalistiek, Belanda) bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat. Sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak. Dewasa ini pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, dsb., namun meluas menjadi media elektronik seperti radio atau televisi. Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (print journalism), elektronik (electronic journalism). Akhir-akhir ini juga telah berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism; 2008).
Jurnalistik atau journalisme berasal dari perkataan journal, artinya catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti suratkabar. Journal berasal dari perkataan Latin diurnalis, artinya harian atau tiap hari. Dari perkataan itulah lahir kata jurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik. (Hikmat Kusumaningrat; 2005)
Journalisme adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa ( MacDougall; 1972 ).
Dari segi etimologi jurnalistik dapat diartikan sebagai suatu karya seni dalam membuat catatan tentang peristiwa sehai-hari, karya mana memiliki nilai keindahan yang dapat menarik perhatian khalayaknya sehingga dapat dinikmati dan dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya. (Kustadi Suhandang; 2004 )
Jurnalistik adalah seni dan ketrampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya, sehingga terjadi perubahan sikap, sifat, pendapat, dan prilaku khalayaknya sesuai dengan kehendak para jurnalisnya. ( Kustadi suhandang; 2004 )

C. SEJARAH JURNALISME
Pada awalnya,komunikasi antar manusia sangat bergantung pada komunikasi dari mulut ke mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa
terpicu penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg.
Di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan jurnalisme sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah Bintang Timur, Bintang Barat, Java Bode, Medan Prijaji, dan Java Bode terbit. Pada masa pendudukan Jepang mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia. Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi jurnalisme. Pemerintah Indonesia menggunakan Radio Republik Indonesia sebagai media komunikasi. Menjelang penyelenggaraan Asian Games IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak tahun 1962 inilah Televisi Republik Indonesia muncul dengan teknologi layar hitam putih. Masa kekuasaan presiden Soeharto, banyak terjadi pembreidelan media massa. Kasus Harian Indonesia Raya dan Majalah Tempo merupakan dua contoh kentara dalam sensor kekuasaan ini. Kontrol ini dipegang melalui Departemen Penerangan dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Hal inilah yang kemudian memunculkan Aliansi Jurnalis Indepen yang mendeklarasikan diri di Wisma Tempo Sirna Galih, Jawa Barat. Beberapa aktivisnya dimasukkan ke penjara. Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan Soeharto. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi. Kegiatan jurnalisme diatur dengan Undang-Undang Penyiaran dan Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan Dewan Pers.

D. SEMBILAN ELEMEN JURNALISME
Dalam buku The Elements of Journalism Bill Kovach dan Tom Rosenstiel merumuskan sembilan elemen jurnalisme. Kesimpulan ini didapat setelah Committee of Concerned Journalists mengadakan banyak diskusi dan wawancara yang melibatkan 1.200 wartawan dalam periode tiga tahun. Sembilan elemen jurnalisme itu adalah :
1). Journalism’s first obligation is to the truth. (kebenaran)
Kebenaran sangatlah relative, hal yang benar menurut golongan tertentu tidak selalu benar menyryt golongan yang lain. Dalam hal ini Kovach dan Rosenstiel menerangkan bahwa masyarakat butuh prosedur dan proses guna mendapatkan apa yang disebut kebenaran fungsional
2). Its first loyalty is to the citizens. (loyalitas)
Wartawan harus menempatkan loyalitasnya kepada masyarakat. Kovach dan Rosenstiel khawatir banyaknya wartawan yang mengurusi bisnis bisa mengaburkan misi media dalam melayani kepentingan masyarakat
3). Its essence is discipline of verification. (Disiplin dalam melakukan verifikasi)
Disiplin mampu membuat wartawan menyaring desas-desus, gosip, ingatan yang keliru, manipulasi, guna mendapatkan informasi yang akurat. Disiplin verifikasi inilah yang membedakan jurnalisme dengan hiburan, propaganda, fiksi atau seni.
4). Its practitioners must maintain an independence from those they cover.
(Independensi)
Wartawan boleh mengemukakan pendapatnya dalam kolom opini (tidak dalam berita). Mereka tetap dibilang wartawan walau menunjukkan sikapnya dengan jelas. Prinsipnya, wartawan harus bersikap independen terhadap orang-orang yang mereka liput. Jadi, semangat dan pikiran untuk bersikap independen ini lebih penting ketimbang netralitas. Namun wartawan yang beropini juga tetap harus menjaga akurasi dari data-datanya. Mereka harus tetap melakukan verifikasi, mengabdi pada kepentingan masyarakat, dan memenuhi berbagai ketentuan lain yang harus ditaati seorang wartawan.



5). It must serve as an independent monitor of power.
(Memantau kekuasaan dan menyambung lidah mereka yang tertindas)
Memantau kekuasaan bukan berarti melukai mereka yang hidupnya nyaman. Mungkin kalau dipakai istilah Indonesianya, “jangan cari gara-gara juga.” Memantau kekuasaan dilakukan dalam kerangka ikut menegakkan demokrasi.
Salah satu cara pemantauan ini adalah melakukan investigative reporting --sebuah jenis reportase di mana si wartawan berhasil menunjukkan siapa yang salah, siapa yang melakukan pelanggaran hukum, yang seharusnya jadi terdakwa, dalam suatu kejahatan publik yang sebelumnya dirahasiakan.
6). It must provide a forum for public criticism and compromise.
(Jurnalisme sebagai forum publik)
Ada beberapa suratkabar yang menjadikan ruang tamu mereka sebagai forum publik di mana orang-orang bisa datang, menyampaikan pendapatnya, kritik, dan sebagainya.
7). It must strive to make the significant interesting, and relevant.
(Jurnalisme harus memikat sekaligus relevan)
Memikat tidak berarti harus lucu, sensasional, menghibur, dan penuh tokoh selebritas. Relevan juga tidak identik dengan kering, angka-angka, dan membosankan.
8). It must keep the news comprehensive and proportional.
(Wartawan menjadikan beritanya proporsional dan komprehensif)
Proporsional serta komprehensif dalam jurnalisme dapat di lihat dari berita mana yang diangkat, mana yang penting, mana yang dijadikan berita utama.
9). Its practitioners must be allowed to exercise their personal conscience.
(Setiap wartawan harus mendengarkan hati nuraninya sendiri)
Dari ruang redaksi hingga ruang direksi, semua wartawan seyogyanya punya pertimbangan pribadi tentang etika dan tanggungjawab sosial.

E. TOKOH PENCETUS
§ Kovach. Thomas E. Patterson
Kovach memulai karirnya sebagai wartawan pada 1959 di sebuah suratkabar kecil sebelum bergabung dengan The New York Times, salah satu suratkabar terbaik di Amerika Serikat, dan membangun karirnya selama 18 tahun di sana.
Kovach mundur ketika ditawari jadi pemimpin redaksi harian Atlanta Journal-Constitution. Di bawah kepemimpinannya, harian ini berubah jadi suratkabar yang bermutu. Hanya dalam dua tahun, Kovach membuat harian ini mendapatkan dua Pulitzer Prize, penghargaan bergengsi dalam jurnalisme Amerika. Total dalam karirnya, Kovach menugaskan dan menyunting lima laporan yang mendapatkan Pulitzer Prize. Pada 1989-2000 Kovach jadi kurator Nieman Foundation for Journalism di Universitas Harvard yang tujuannya meningkatkan mutu jurnalisme.
§ Tom Rosenstiel
Tom Rosentiel adalah mantan wartawan harian The Los Angeles Times spesialis media dan jurnalisme. Kini sehari-harinya Rosenstiel menjalankan Committee of Concerned Journalists –sebuah organisasi di Washington D.C. yang kerjanya melakukan riset dan diskusi tentang media.

F). CNN
Cable Network News ( CNN ) adalah stasiun Televisi internasional. Selain CNN juga ada BBC World Service. CNN dapat di terima hampir di setiap negara termasuk indonesia. Namun untuk dapat menerima siaran CNN kita harus melakukan registrasi dan membayar dalm kala waktu yang ditentukan, karena CNN adalah TV kabel berlangganan.

Tidak ada komentar: